** Selamat Datang Di http://riyan-historica.blogspot.com Terima Kasih **

Jumat, 12 Desember 2014

Situs Megalitikum Pekauman Bondowoso

Situs Pekauman yang terkenal sebagai situs peninggalan zaman prasejarah khususnya budaya Megalithikum ini terletak di Desa Pekauman Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Selain di Pakauman, peninggalan budaya Megalitikum juga banyak di temukan di Bondowoso seperti di Desa Mas Kuning Lor (Kecamatan Pujer), Desa Pakisan (Kecamatan Wonosari), dan Desa Glingseran (Kecamatan Wringin).

Masyarakat berbudaya megalitikum yang pernah hidup didaerah Bondowoso merupakan masyarakat yang cukup besar. Mereka mendiami wilayah yang cukup luas dengan hidup secara berkelompok atau memusat di suatu tempat atau menyebar di daerah-daerah sampai dilokasi yang cukup terpencil dan jauh dari pusat permukiman. Sebagai pusat pemukiman adalah daerah Wringin dan Grujugan pada saat ini (Muhammad Hidayat, 2007 :19-23).

Budaya megalitikum sendiri terbagi atas budaya megalitik tua dan budaya megalithik muda. Di situs Pakauman ini sendiri menurut penelitian termasuk pada budaya megalitik muda. Situs Pakauman adalah sebidang tanah tegalan dan sekaligus merupakan lahan pertanian. Topografi daerah Pakauman termasuk datar sampai berumbak,dengan relief sekitar satu meter. Kelerengannya sebesar 1-2 derajat dengan arah dominan ke timur. Vegetasi di sekitar situs adalah pohon jati dan pohon sono (sebelah barat), dan pohon pinus disebelah timur laut. Jenis tumbuhan lainnya adalah pohon kelapa, pisang, bambu, dan tanaman budidaya lainnya. Sementara itu kondisi lingkungan di Situs Pakauman Bondowoso terdapat kecenderungan bahwa pemukiman di Pakauman (sebagai tempat beraktivitas) memilih tempat yang elevasinya reletif rendah dengan jenis tanaman yang bervariasi. Dengan demikian sumber daya lingkungan yang dijadikan dasar penentuan lokasi pemukiman adalah tersedianya lahan pertanian, sumber daya alam (hutan jatri,sono dan pinus), dekat sungai atau sumber air. Salah satunya adalah Sungai Sampeyan yang merupakan sumber air, terdapat kandungan batu yang merupakan bahan baku pembuatan monomen megalitik.

Desa atau perkampungan di Pekauman terdiri dari 26 rumah yang terdiri diatas umpak batu. Susunan umpak berbentuk persegi panjang, bujur sangkar dan bentuk kebulat-bulatan. Konstruksi bangunan bagian atas dari bahan kayu atau bamboo dan atapnya dari daun-daun. Pada Masa itu Di Kabupaten Bondowoso dan Indonesia Pada Umumnya Manusia purba masih percaya pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan. Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujanya. Selain memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang utuh, kemudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar.


Jadi secara ringkas kepercayaan manusia purba pada masa ini dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni: 
1. Dinamisme, yaitu kepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat. 2. Animisme yaitu kepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur, mereka percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada waktu-waktu tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar