Situs Pekauman yang terkenal sebagai situs peninggalan zaman
prasejarah khususnya budaya Megalithikum ini terletak di Desa Pekauman
Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Selain di
Pakauman, peninggalan budaya Megalitikum juga banyak di temukan di Bondowoso
seperti di Desa Mas Kuning Lor (Kecamatan Pujer), Desa Pakisan (Kecamatan
Wonosari), dan Desa Glingseran (Kecamatan Wringin).
Masyarakat berbudaya megalitikum yang pernah hidup didaerah
Bondowoso merupakan masyarakat yang cukup besar. Mereka mendiami wilayah yang
cukup luas dengan hidup secara berkelompok atau memusat di suatu tempat atau
menyebar di daerah-daerah sampai dilokasi yang cukup terpencil dan jauh dari
pusat permukiman. Sebagai pusat pemukiman adalah daerah Wringin dan Grujugan
pada saat ini (Muhammad Hidayat, 2007 :19-23).
Budaya megalitikum sendiri terbagi atas budaya megalitik tua
dan budaya megalithik muda. Di situs Pakauman ini sendiri menurut penelitian
termasuk pada budaya megalitik muda. Situs Pakauman adalah sebidang tanah
tegalan dan sekaligus merupakan lahan pertanian. Topografi daerah Pakauman
termasuk datar sampai berumbak,dengan relief sekitar satu meter. Kelerengannya
sebesar 1-2 derajat dengan arah dominan ke timur. Vegetasi di sekitar situs
adalah pohon jati dan pohon sono (sebelah barat), dan pohon pinus disebelah
timur laut. Jenis tumbuhan lainnya adalah pohon kelapa, pisang, bambu, dan
tanaman budidaya lainnya. Sementara itu kondisi lingkungan di Situs Pakauman
Bondowoso terdapat kecenderungan bahwa pemukiman di Pakauman (sebagai tempat
beraktivitas) memilih tempat yang elevasinya reletif rendah dengan jenis
tanaman yang bervariasi. Dengan demikian sumber daya lingkungan yang dijadikan
dasar penentuan lokasi pemukiman adalah tersedianya lahan pertanian, sumber
daya alam (hutan jatri,sono dan pinus), dekat sungai atau sumber air. Salah
satunya adalah Sungai Sampeyan yang merupakan sumber air, terdapat kandungan
batu yang merupakan bahan baku pembuatan monomen megalitik.
Desa atau perkampungan di Pekauman terdiri dari 26 rumah
yang terdiri diatas umpak batu. Susunan umpak berbentuk persegi panjang, bujur
sangkar dan bentuk kebulat-bulatan. Konstruksi bangunan bagian atas dari bahan
kayu atau bamboo dan atapnya dari daun-daun. Pada Masa itu Di Kabupaten Bondowoso
dan Indonesia Pada Umumnya Manusia purba masih percaya pohon itu ada mahluk
halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang
menakutkan. Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung
meletus dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujanya. Selain
memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia
purba juga menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek
moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di
atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh
nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari
batu inti yang utuh, kemudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan
keinginan atau inspirasi. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar.
Jadi secara ringkas kepercayaan manusia purba pada masa ini
dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni:
1. Dinamisme, yaitu kepercayaan kepada
kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon,
batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat. 2.
Animisme yaitu kepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur, mereka
percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-tempat
tertentu dan harus diberi sesajen pada waktu-waktu tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar